Kami Dengar dan Kami Amalkan

Cerita ini berawal ketika beberapa hari yang lalu [tepatnya sabtu, 10/12/2012] ketika saya share informasi akan terjadi gerhana bulan sabtu malam di sebuah forum. Informasi tersebut juga bukan karena saya ahli dalam bidang astronomi dan sejenisnya tapi murni saya dapat dari salah satu web. Apa pentingnya informasi tersebut? Penting, karena di dalam islam ada sunnah yang bisa dikerjakan (Shalat Sunnah Khusuf dan Kusuf). Dan saya denger dari Ustadz-ustadz katanya, do'a setelah shalat sunnah tadi insya Allah mustajab.

Maksud saya share informasi tersebut sebenarnya ya cuma memberitahu kawan-kawan siapa tau ada yang belum dengar akan ada gerhana bulan, dan siapa tau setelah itu mereka akhirnya mengerjakan shalat sunnah dan saya dapat bagian dari apa yang mereka kerjakan.

Tapi, sayangnya ada yang menanggapi terlalu serius. Mencoba mencari dalil-dalil tertentu yang akhirnya melemahkan semangat kawan-kawan untuk mengerjakan shalat sunnah. Bagaimana kalau gerhananya tidak terlihat dan pertanyaan sejenisnya.

Memang, kita telah begitu jauh dari masa Rasulullah SAW. Beramal juga tak boleh asal comot dan serampangan saja. Namun, benarkah itu niat kita? Agar amal kita benar-benar berdasar? Ataukah hanya alibi untuk menghindari perintah karena kita malas beramal?

Kita perlu waspada, bisa jadi kita terjebak dalam kehati-hatian yang berlebihan yang menyebabkan kita meninggalkan amal.

Sebuah analogi, ada dua orang yang bekerja di sebuah kantor. Keduanya diminta untuk mengerjakan laporan tertentu. Satu orang dengan sigapnya mengerjakan laporan sesuai dengan arahan singkat dari pimpinannya. Satu orang lagi sibuk menelaah laporan tadi, memikirkan apa sih guna laporan yang akan dibuat, berdasarkah format laporan tadi dan seterusnya. Ketika dia sibuk memikirkan hal tadi, pimpinan memanggil kedua pegawai tadi.

Pegawai yang pertama maju dengan membawa laporan yang dikerjakannya. Walaupun ada sedikit kekeliruan di sejumlah poin, namun pimpinan sama sekali tidak marah. Hanya saja pegawai pertama diminta membetulkan beberapa poin koreksi dari pimpinan.

Pegawai yang kedua kebingunan ketika ditanya laporan yang diminta. Dia mencoba berkelit dengan alasan bahwa format laporan tidak sesuai dan tidak ada manfaatnya. Semua bisa menerka kan apa sikap pimpinan terhadap pegawai kedua.

Yang terpenting di dalam beragama ini adalah ketaatan. Ketika hati kita penuh untuk mentaati Allah, maka percayalah Allah akan menuntun kita. Salah-salah sedikit di dalam beramal insya Allah akan diampunkan. Sahabat Nabi SAW dulu ketika datang perintah Allah melalui Beliau SAW, maka seketika juga mereka melaksanakan perintah tersebut tanpa menunggu-nunggu dan bertanya untuk apa Allah mensyariatkan suatu perintah.

Jadilah, orang yang berkata dan bersikap sebagaimana Sahabat Nabi SAW. Sami'na wa atho'na, ya Rasulullah... Kami dengar dan kami amalkan, wahai Rasulullah.

0 komentar:

Posting Komentar