Surga Sebiji Debu

Ucapan seorang Ustadz waktu pengajian di kantor seolah membangunkan saya dari 'tidur' yang begitu nikmat di dunia ini.

Perkataan beliau saya simpulkan seperti ini, jika saja 1/3 dari hari (8 jam sehari) kita habiskan untuk tidur. Maka andai umur kita 60 tahun maka 20 tahun telah kita habiskan buat tidur saja. Belum lagi kata beliau, ditambah tertidur ketika mendengar khutbah jumat buat bapak-bapak, tidur siang dan tidur-tidur tambahan lainnya.

Lantas, saya coba-coba mengkalkulasi. Kalau 60 tahun dikurang 20 tahun jadi 40 tahun. Ada 40 tahun yang bisa dimaksimalkan untuk meraih surga. Di dalam islam dikurang lagi umur sebelum baligh, karena kewajiban (tangggung jawab) agama dimulai setelah baligh. Umur baligh anggap saja 15 tahun. Jika dikurangkan lagi 40 tahun sisa jadi 25 tahun.

Angka 25 tahun akan menjadi semakin kecil ketika dikurangkan lagi dengan masa-masa lalai dan malas kita, lupa shalat karena kesibukan kerja, meninggalkan puasa karena katanya gak kuat dan penyakit lalai dan malas sejenisnya.

Kita punya waktu yang begitu pendek sementara kita punya target setelah kehidupan yang begitu tinggi. Andai waktu yang begitu singkat ini dibuat untuk terus berleha-leha. Maka kita akan kelabakan ketika waktu kita telah habis sementara tidak ada amalan kebanggaan yang bisa kita hadapkan di depan Allah Yang Maha Kuasa. Meski dikatakan bahwa yang memasukkan orang ke surga bukan amalannya semata, namun kasih sayang Allah.

Andai besok di akhirat ditanyakan ke sahabat-sahabat Nabi Muhammad SAW, "Apa amal yang telah kau buat sehingga Aku (Allah) pantas memasukkanmu ke surga?"

Sebagian sahabat Nabi mungkin akan menjawab, "Kami telah korbankan jiwa kami demi tegaknya agama-Mu di muka bumi, Duhai Rabbi. Raga kami pun terpotong-potong di medan perang. Istri-istri kami pun telah menjadi janda, anak-anak kami menjadi yatim. Harta kami pun tak tersisa diinfakkan di jalan-Mu. Kami lalui malam-malam kami dengan shalat dan membaca al Quran hingga shubuh datang. Tak terlewat satu detik pun dalam kehidupan kami kecuali kami habiskan untuk mentaati-Mu."

Tak terbayang Andai ditimbang amal kita dengan para sahabat Nabi dan salafusshalih terdahulu. Sebiji debu pun tak sampai andai dibandingkan. Dan dengan sebiji debu ini kita berharap surga Allah yang begitu indah dan penuh kenikmatan.

Tulisan ini tak bermaksud membuat kita jadi pesimis. Tapi, hendak membangunkan saya dan kita semua agar sungguh-sungguh dalam mentaati-Nya. Selalu mendongak ke atas di dalam beramal, melihat bagaimana kesungguhan orang-orang terdahulu dalam meraih ridha Allah agar kita terpacu untuk meniru-niru mereka. Bukan malah melihat ke bawah yang membuat kita mudah berpuas diri. Wallahu a'lam.

------------------------------------------------
Gambar pada post ini saya ambil dari Google

0 komentar:

Posting Komentar