Adalah Arti Sebuah Nama

Sebuah ungkapan yang sangat jamak kita dengar, "Apalah Arti Sebuah Nama?"

Saya ingin menjawab, "Adalah (baca: ada dong) arti sebuah nama."

Bagi saya, nama adalah doa dan harapan. Sehingga, nama yang diberikan haruslah sebaik-baik nama karena di dalam doa ada harapan. Lazimnya tak ada orang yang berdoa buruk untuk dirinya sendiri atau keluarga yang dia cintai. Hal itulah yang mendasari saya dan istri memberikan nama terbaik untuk ketiga buah hati kami. Harapannya, ketika orang memanggilnya seketika itu pula orang berdoa buat mereka.

Nawfal Ahmad Vianza, anak laki-laki pertama kami ini lahir 21 Juli 2008. Nama yang kami berikan berasal dari buku-buku nama islami yang kami beli di toko buku, karena kami juga kurang tahu banyak tentang kosakata bahasa arab dan serumpunnya. Nawfal memiliki arti dermawan, Ahmad adalah nama lain Rasulullah SAW dan Vianza adalah nama keluarga yang kelak kami sematkan di belakang nama setiap anak kami. Doa dan harapan kami untuk si sulung adalah agar dia esok menjadi orang yang dermawan dan terpuji.

Naureen Aqila Vianza, anak kedua kami seorang perempuan lahir pada 25 April 2010. Menurut buku yang kami baca, Naureen memiliki arti cahaya terang benderang dan Aqila artinya orang yang memiliki akal. Menurut pemahaman kami paduan dua kata ini kurang lebih memiliki makna manusia yang memiliki akal dengan cahaya terang benderang. Berharap, kelak putri cantik kami ini dianugerahi akal (pemikiran) yang senantiasa dinaungi cahaya illahi.

Nauzan Althaf Vianza, anak bungsu kami saat ini yang dilahirkan 20 Juli 2013. Nauzan memiliki arti pemimpin, althaf artinya lemah lembut. Sehingga, harapan kami dari nama ini kira-kira kelak si bungsu akan menjadi pemimpin yang tetap memiliki kelembutan hati dalam menaungi orang yang dia pimpin.

Alhamdulillah, nama-nama itu mulai 'memperlihatkan diri' dari tingkah laku mereka sehari-hari. Sulung sangat sering berbagi dengan kawan-kawan mainnya. Hanya saja, karena egoisme anak-anak kecil dia kurang begitu mau berbagi dengan adiknya sendiri. Semoga makin besar akan makin dewasa dan dermawan.

Anak kedua kami, sampai sekarang masih belum begitu fasih dalam berbahasa. Namun, barakallah akalnya sepertinya diterangi cahaya al Quran. Ketika dia mendengar bacaan al Quran dari TOA masjid, dia kemudian akan mengingat dan menirukan dengan bahasanya sendiri. Kadang di rumah sering dia mengulang-ngulang bacaan (seperti) lantunan al Quran baik siang maupun malam.

Si bungsu juga menunjukkan kelakuan yang menurut kami lucu dan kadang mengundang tawa. Ketika melihat kakak perempuannya menangis dia seolah mau menangis dan bahkan tak jarang ikut menangis. Seraya mau menangis, bungsu langsung memegang tangan kakaknya dan menuntunnya mendekati kami atau masuk ke kamar. Sepertinya, cerminan dari pemimpin yang lemah lembut memang telah tergambar sejak kecilnya.

Sedikit keluar dari soal nama anak, namun masih ada hubungan dengan nama. Jadi di salah satu jalan pintas sekitar satu kilo dari rumah kami, ada sebuah jalan yang di plank nama jalan tertulis "Jalan Kerikil". Kami pernah tinggal tak jauh dari sana selama 2 tahun dan telah tinggal di rumah kami yang sekarang sekitar 4 tahun. Dan selama itu, jalan kerikil tetap menjadi jalan berkerikil walau jalan di sampingnya telah berganti aspal atau jalan semen yang mulus.

Nama, sekali lagi adalah representasi dari doa dan harapan kita. Tidak ada nama yang terlalu berat dan berlebihan selama tidak melanggar hak-hak illahi dan aturan agama. Berilah nama terbaik, semoga semakin sering nama itu disebut makin mudah nama itu menembus langit.